Ganbar Ilustrasi, Sumber Wikimedia Commons
Semua fisik makhluk hidup tersusun atas materi kimia mulai
dari mata, otot, tulang hingga ke rambut kesemuanya tersusun atas materi dasar
kimiawi seperti karbon, hidrogen dan oksigen. Begitupun dengan alam sekitar
kita, materi dasar yang ada juga merupakan materi yang tersusun atas bahan
dasar kimia termasuk udara yang kita hirup setiap kali bernafas, begitu pun
udara yang kita hembuskan merupakan gas yang teridir daru bahan kimia. Unsur kimiawi
yang ada di udara misalnya carbon, oksigen, hidrogen dan nitrogen. Jadi ada
persamaan unsur yang ada di alam dan yang ada pada tubuh manusia dan makhluk
hidup lain. Kesemuanya membentuk keseimbangan di bumi.
Keseimbangan yang terganggu akan mengganggu kehidupan
makhluk hidup yang menghuninya. Segala macam hal jika berada pada kadar
berlebihan akan membawa efek yang umumnya kurang baik, apapun itu.
Misalnya kadar hidrogen dan oksigen yang menyatu membentuk
air jika jumlahnya bertambah banyak di bumi akan mengurangi besaran luasan
permukaan bumi. Dimana makhluk hidup termasuk manusia. Peningkatan air laut
misalnya semakin menggerus tepi pantai dan abrasi yang timbul juga merusak
bangunan yang ada di tepian pantai.
Sebagaimana kita tahu bahwa air dapar membentuk es dalam
bentuk padatan, sedangkan es dapat mencair jika suhu meningkat. Es yang ada di
bumi berada pada daerah kutub bumi, baik utara maupun kutub selatan. Peningkatan
suhu bumu menjadikan es yang ada di kutub meningkat dan berubah menjadi bentuk
cairan yang mengisi lautan.
Meningkatnya suhu bumi salah satu penyebabnya adalah
meningkatnya emisi karbon yang ada di udara, unsur karbon yang udara biasanya
dalam bentuk CO yang efeknya adalah menahan pancaran matahari ke bumi dan efek
panah tetap tertahan di bumi dan sedikit yang dihembuskan ke atmosfere.
Kita bisa saja abai dengan adanya efek rumah kaxa yang ada
di bumi. Penatnya kehidupan, hiruk pikuk kehidupan dan problematikanya, nafkah
yang pas-pasan membuai kita secara perlahan untuk abai kepada alam kita. Lingkungan
tempat kita hidup dan berpijak.
Karbon di udara merupakan makanan bagi tanaman, lumut dan
alga. Makhluk hidup tersebut memperoleh makanan dengan memanfaatkan udara yang
mereka tangkap untuk kemudian disusun menjadi materi organik penyusun tubuhnya
dan juga membentuk senyawa kimia lain yang kemudian digunakan untuk menunjang
berbagai proses kehidupan yang ada dalam selnya.
Materi organik yang dibuat oleh makhluk hidup autotrof
tersebut dari komponen anorganik kenudian dapat dimakan oleh makhluk hidup lain
seperti hewan dan manusia yang tidak dapat mengambil materi yang ada di alam
dalam bentuk organik untuk banyak unsur kimianya. Sebagai permisalannya adalah
penyerapan carbon harus dilakukan dalam bentuk yang organik, begitupun dengan
unsur nitrogen pembentuk protein yang menyusun masa otot kita harus dilakukan
dalam bentuk organik, meskipun ada juga komponen yang dapat langsung diserap
dari alam misalnya adalah oksigen. Begitupun demikian, hewan yang memperoleh
bahan dari hewan kemudian diubah menjadi senyaa lain dalam tubuh hewan yang
kemudian dapat bermanfaat bagi manusia, sedangkan manusia mendapatkannya dengan
mengkonsumsi hea ternak misalnya.
Pun begitu, jika manusia atau hean meninggal jasad yang ada
di tanah akan diuraikan senyawa-senyawa penyusunnya menjadi hal yang lebih
kecil lagi yang bermanfaat bagi tumbuhan. Tumbuhan kemudian memanfaatkannya
untuk menunjang berbagai prose untuk kehidupannya. Materi dari jasad yang
terurai dapat tersimpan ditanah dalam masa yang panjang.
Sebagai permisalannya adalah materi hidrokarbon dari fosil
yang kini kita kenal sebagai energi fosil yang kemudian diolah oleh manusia
menjadi bentuk yang lain seperti bensi, minyak tanah hingga aftur yang pada
hakikatnya adalah sisa-sisa dari makhluk hidup yang hidup pada jutaan tahun
yang silam yang kemudian terdekomposisi atau terurai, tertimbun oleh masa yang
menutupinya hingga tersimpan di dalam tanah selama jutaan tahun.
Janganlah diayangkan bahwa penimbunan materi dari makhluk
hidup jutaan tahun adalah sama seperti yang ada sekarang. Seperti tumpukan
limbah ikan yang tidak terpakai dan kemudian membusuk dan menimbulkan bau yang
menyengat ketika dalam jumlah yang besar. Jumlah masa fosil yang besar
terbentuk dari fosil yang ada dalam jumlah yang jauh lebih besar dari pada
tumpukan ikan yang tak terpakai tersebut. Jutaan tahun yang lalu tlah trjadi
kpunahan masal makhluk hidup di bumi yang bahkan hanya menyisakan hanya 4% dari
makhluk hidup yang mendiami bumi. Bayangkan jika hanya 4% saja pnduduk yang ada
di kota kita dan sisanya terpaksa meninggal karena adanya bencana alam yang
satu atau yang lainnya. Tentu efeknya akan sangat besar dan kota kita menjadi
sangat sepi.
Lalu bagaimana dengan tanah yang lebih berada dipermukaan. Tanah
yang ada dipermukaan tersusun dari banyak unsur logam dan unsur organik yang
brasal dari organisme juga unsur logam dari organism yang trdkomposisi. Unsur logam
ini dapat kita buktikan dngan riset sedrhana. Kita siapkan dahulu krtas magnt
dan sjumlah tanah yang kring. Lalu kita tempatkan tanah di atas kertas lalu
kita angkat. Pada bagian bawah kertas kita templkan dengan magnet, kemudian
kita gerak-gerakkan magnet kesana kemari. Kita akan melihat adanya benda
kehitaman yang bergerak kesana kemari mengikuti gerakan magnet kita. Layaknya logam
yang bergerak mengikuti magnet dan menempel. Riset kecil itulah yang menandakan
bahwa lapisan tanah yang ada di atas memiliki kandungan logam.
Bagaimana dengan lapisan yang lebih dalam, begitupun dengan
lapisan bumi yang lbih dalam memiliki komponen logam sebagai penyusunnya. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa lapisan atas daratan bersifat lebih dingin dan
terstruktur seperti halnya sebuah kerak yang kita kenal sebagai kerak bumi,
dinamakan demikian karena bentuknya yang seperti kerak yang ada di permukaan
cairan. Tipis dan berada di atas cairan yang banyak. Ketebalan kerak bumi yang
muncul di atas permukaan laut adalah sekitar 20 hingga 70 km. Kurang lebih
Jakarta Bandung saja :D . jangan dibayangkan kurang dalam dulu yah, karena
kisaran tersebut sudah cukup dalam untuk dapat menunjang kehidupan manusia di
atasnya. Untuk gedung pencakar langit yang memiliki ratusan lantai dengan
ketinggian hingga berkilometer membutuhkan pondasi sekitar 100 meter, pada
bangunan JEC, eits bukan Jogja Expo Center ya, JEC Ini adalah Jeddah Economic
Company di Arab saudi misalnya.
Kembali ke bahasan mengenai kerak bumi. Kerak bumi terdiri
dari unsur-unser berikut: oksigen, silikon, alumunium, besi, kalsium, natrium,
kalium dan magnesium. Dengan temperatur semakin ke dalam semakin meningkat. Jadi
semakin dalam kita menggali kan semakin panas suhunya, bahkan pada lapisan yang
paling bawah dapat mencapai suhu 1000 derajat celcius lebih.
Lapisan di bawah kerak adalah mantel bumi yang sangat panas.
Dapat dikatakan 80 persen dari volume bumi adalah mantel bumi dan jika dilihat
dari volumenya mantel bumi tersebut menyusun 67 persen dari total volume bumi. Mantel
bumi ini bersifat cair karena panas yang ekstrim. Dapat dibayangkan seperti
saat mengelas besi di bengkel pengelasan, besi yang padat dapat meleleh pada
suhu yang tinggi, sperti itulah gambarannya. Atau secara tebalik jika kita
melihat batuan pasca erupsi gunung berapi yang semulanya berbentuk cairan
magma, kemudian mengeras akibat penurunan suhu. Lapisan di dalamnya adalah inti
bumi, inti bumi seperti namanya berada pada daerah pusat bumi yang memberikan
efek grafitasi bagi bumi. Penyusun dari inti bumi adalah logam besi dan nikel. Penyusun
inti bumi diduga hampir sama dengan apa yang ada di meteorit yang jatuh ke
permukaan bumi.
Sekarang jelaslah baha apa yang ada di atas kita dan apa
yang ada dibawah kita tersusun dari materi kimia yang kesemuanya saling
berinteraksi dan juga mempengaruhi makhluk hidup yang menghuninya.
Kembali ke pembahasan efek rumah kaca. Efek rumah kaca
merupakan peningkatan suhu yang ada di permukaan bumi. Sebagaimana kita tahu
bahwa suhu bumi dari jaman ke jaman selalu mengalami perubahan. Jaman yang kita
maksud bukanlah jaman yang ada pada kehidupan budaya sekarang, jaman yang
dimaksud adalah dengan rentan yang lebih panjang seperti jaman dinosaurus dan
jaman es. Bahkan menurut ahli suhu bumi yang paling aal tidak dapat dihuni oleh
satu makhluk hidup pun.
Kemudian seiring aktu suhu bumi semakin menurun, namun belum
bisa digunakan untuk bernafas bagi manusia dan hewan. Makhluk hidup yang ada
merupakan makhluk hidup yang dapat hidup tanpa oksigen dan dapat memanfaatkan
bahan anorganik yang ada pada saat itu.
Lambat laun suhu semakin menurun dan semakin sesuai untuk
makhluk hidup yang lainnya. Ada suatu ketika dimana kadar karbon di udara dan
perairan berada pada jumlah yang sangat besar. Jumlah karbon ini kemudian
dimanfaatkan oleh makhluk hidup fotosintetis seperti lumut, alga dan
cyanobacter sebagai makanannya dan kemudian sebagai hasilnya adalah oksigem. Senyaa
oksigen yang dihasilkan kemudian dehembuskan ke udara, kebalikannya kadar CO di
udara semakin menipis. Sebagaimana kita tahu baha CO dapat menahan panas yang
dipancarkan dari matahari. Ketika CO turun kadarnya, maka lambat laun permukaan
bumi suhunya semakin menurun dan menurun. Menurunnya suhu buni menjadikan air
yang ada dilautan menjadi membeku. Kemudian pembekuan itu semakin melabar dan melabar
akibat suhu yang turun semakin drastis. Sebagai akibatnya muncullah jaman yang
dikenal dengan nama jaman es.
Jaman es adalah jaman dimana permukaan bumi diselubungi oleh
es dalam jumlah yang sangat besar. Sering kita menonton acara di televisi yang
menggambarkan mengenai adanya jaman es tersebut. Ekstrimnya suhu bumi ini juga
berakibat pada banyaknya makhluk hidup yang mengalami kematian karena tidak
tahan terhadap suhu yang sangat dingin.
Penyebab jaman es ini diduga oleh organisme fotosintetik. Jadi
tumbuhan juga dapat menewaskan hewan, seperti halnya hewan yang meneaskan
tumbuhan. Mungkin akan penulis bahas mengenai “perang” antara hewan dan
tumbuhan pada masa yang akan datang.
Setelah kita mengetahui kandungan kimia alam dan bagaimana
satu sama lain saling terkait apa yang kita dapat lakukan untuk mengatasi
masalah iklim global yang kita hadapi sekarang. Apakah kita akan tidak perduli
akan hal tersebut. Dan mengambil sikap biarkan saja habitat hutan menjadi
hilang, lautan yang dihuni alga hingga ikan menjadi kotor, biarkan saja emisi
karbon semakin memperpanas suhu kita, toh ada AC dan kipas angin. Lalu bagaimana
dengan makhluk hidup yang mengalami kepunahan? Apakah kita juga akan abai? Toh pada
masa lalu juga telah terjadi kepunahan masal? jika begitu sikap yang diambil
adalah kesalahan yang besar. Langkah yang akan kita lakukan terhadap adanya
efek pemanasan global adalah juga untuk kita sebagai manusia, sebagaimana
senyawa kimia yang saling terkait, setiap spesies yang ada juga mengambil
peranan yang penting bagi sistem yang ada di bumi agar tetap setimbang dan
dapat menunjang kehidupan bagi anak dan cucu kita kelak. Jadi mulailah peduli
mulai dari hal kecil yang ada di rumah kita demi kehidupan yang lebih baik.